Mar 21, 2016

Met Mr. King at Auburn Ave


"Just go get The Auburn Ave, you will see everything."


Ini kalimat pamungkas petugas front desk hotel yang berkulit hitam itu saat kami memastikan jarak dan arah menuju museum Dr. Martin Luther King. Tentu saja sebelumnya dia menunjuk ke arah kiri, dan memberi tahu bahwa kami akan membutuhkan waktu 20 menit jika berjalan kaki utk menemukan Auburn Ave. Karena jalan Auburn Ave ini terlihat panjang di google map, suami saya berusaha memastikan apakah kami akan butuh kendaraan atau tidak untuk menemukan museum itu. Then tra la la... keluarlah kalimat pamungkas di atas, plus ditutup senyum simpulnya yang membuat kami merasa agak malu untuk lebih cerewet lagi.

Sebenarnya saya agak-agak malas berjalan kaki, mengingat tanah kota Atlanta yang naik turun naik turun begini. Saya jadi ber-shu'uzon, jangan-jangan Atlanta ini mau mengajarkan saya mendaki, agar setelah itu saya bisa menurun. Apaan sih? :p

Napas saya mulai megap-megap saat kami berbelok memasuki Auburn Ave. Maklum, sudah lama ga jalan kaki hehe... Awalnya terlihat biasa, jalan ini terlihat sama dengan jalan lainnya. Kami sempat mendongak agak lama saat melintasi salah satu gedung Georgia State University dan mengobrol sedikit tentang universitas ini. Obrolan yang membuat fokus kami sedikit teralih dari keadaan sekitar. Setelah berhenti bicara dan berjalan sekitar beberapa langkah, tiba-tiba kaki saya berhenti mendadak. Saya merasa baru saja memasuki gerbang waktu tanpa sadar.

"Kenapa?" Suami saya bertanya heran. "Lihat!" Saya merentangkan tangan menunjuk ke sekeliling arah. Gedung-gedung, pertokoan, dan rumah-rumah yang ada disitu terlihat sederhana, tua dan khas. Kami serasa berada di Amerika di masa tahun 60an hingga 80an, sama seperti yang saya lihat di tivi waktu saya masih kecil. "Sejak mendarat di negara ini, baru sekarang aku merasa berada di Amerika", saya nyeplos apa adanya. Suami saya tergelak dan mulai memotret apa saja yang kami temui sembari berjalan menuju museum utama.

Sekarang kami baru mengerti kalimat petugas hotel tersebut. Bahwa Auburn Ave ini sendiri adalah bagian dari museum King. Bahwa dengan melintasi Auburn Ave ini kami akan melihat semua yang terkait dengan kehidupan dan perjuangan Dr. Martin Luther King. Banyak peninggalan bersejarah yang dijaga dan dirawat dengan baik. Uniknya, jalan ini tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Masyarakatnya tetap tinggal di sini dan membuka toko-toko mereka. Meski banyak yang sudah direnovasi, mereka tetap mempertahankan bentuk bagian depan toko mereka. Banyak juga gedung, toko dan rumah yang sudah dikosongkan dan dijadikan peninggalan sejarah, seperti gereja, SCLC Woman Building, rumah kelahiran Dr. King dan beberapa rumah di sekitarnya.
Auburn Ave ini mulai dibangun sebagai kampung penduduk Amerika berkulit hitam sejak tahun 1890. Dan pahlawan mereka Dr. Martin Luther King juga terlahir di sini. Di Auburn Ave ini.
















Dan ini rumah tempat Dr. King dilahirkan,




Dec 16, 2013

Antara Mereka dan Jempol Kaki

Satu, dua, tiga, empat, lima…. Dia terus menghitung jemari kakinya sambil menggoyang-goyang kedua jempol kaki itu. Berulang-ulang. Dari sepuluh kembali ke satu. Entah sampai kapan, sebagai pengusir rasa bosan menunggu sosok yang dipikirnya baru akan muncul kembali jika asteroid jatuh ke halaman rumahnya. Atau jika lebaran monyet tiba.

Atau mungkin karena dia tak kuasa menahan rasa hati yang ketar-ketir menunggu sosok itu. Sepertinya ada seorang komponis hebat sedang mengadakan konser tepat di jantungnya. Suara musik membahana memenuhi hati hingga telinganya sendiri. Dag! Dig! Dug! Oh! Dia harus mengalahkan suara itu! Dia kembali berhitung. Dengan objek yang sama. Dengan gaya yang sama. Tapi meninggikan suara, tanpa peduli keheranan orang-orang yang kebetulan melewati tempat duduknya.

Ah! Mengapa sosok itu muncul sekarang? Apa yang dia lakukan? Seharusnya dia tak di sini. Harusnya tak dia iyakan ajakannya untuk bertemu di taman ini. Taman tak terurus dan dipenuhi sampah bekas piknik. Tapi ini taman mereka. Taman tempat pertama kalinya mereka berjumpa dan pada akhirnya berpisah karena sosok itu memutuskan untuk tidak memilihnya. Dan sekarang mereka akan berjumpa kembali di sini, di taman ini.

Mata gadis itu masih terpaut pada jempol kakinya yang bergoyang-goyang. Hatinya hampir menangis. Jempol kakinya mulai pegal dan kaku. Tapi bayangan sosok itu bahkan belum terlihat. Mungkin sosok itu berubah pikiran. Air mata gadis itu meleleh perlahan. Dia memutuskan untuk berhenti menggoyang jempol kakinya sambil meringis kesakitan. Mungkin rasa sakit ini sepadan dengan kebodohanku, batinnya. Menyesali betapa mudahnya dia mengiyakan. Betapa mudahnya dia percaya. Sungguh betapa mudahnya.(ZA)






Apr 17, 2013

Hang Out with Dua Ransel

Tau Dua Ransel kan? Itu lho pasangan backpacker yang sudah keliling dunia lebih dari 35 40 negara dan masih enjoy melalangbuana di bumi ini hingga sekarang. Bagi yang belum tau, silakan mengenal mereka di www.duaransel.com 

Hidup nomaden selama 4 tahun tentunya membawa pengalaman tersendiri dan menarik untuk disimak, terutama bagi yang hobi travelling juga. Nah, kebetulan Ryan dan Dina (Dua ransel) lagi ke Padang, teman saya (Hamid) mengajak mereka untuk sharing ke teman-teman backpacker di Padang. Walhasil, senin sore tanggal 1 April 2013 di kedai kopi Nunos, banyak anak muda kota Padang yang antusias menyimak dan bertanya pada mereka. Surprise-nya lagi, ternyata tak hanya bacpackers yang datang. Tapi juga ada anak-anak muda dari club atau komunitas sepeda, pendaki bahkan komunitas yang tak ada hubungannya dengan kegiatan jalan-jalan, misalnya klub pembaca buku Brain reader club. Jadinya acara itu disambung kongkow-kongkow lintas komunitas :D

Alhamdulillah acara berjalan lancar, semua puas bertanya dan foto-foto :D Tapi kami tak tega melihat Ryan dan Dina yang masih berusaha tersenyum ketika diminta berfoto sambil mengelus perut meraka yang kelaparan. Akhirnya kami mengajak mereka minum jus durian dan sate Padang sambil terus ngobrol sampai jam 10 malam. 




Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Entah kapan bisa bertemu mereka lagi. Mungkin sekarang mereka sedang berada di benua lain berjalan di atas es atau sedang kepanasan menempuh padang gurun yang luas. Mungkin saat ini mereka sedang mencapai puncak tertinggi dunia atau sedang menyelami titik terendah bumi. Dimana pun mereka berada, saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan selalu melindungi mereka. Have a save trip friends! We miss u already.. ^_^










Oct 18, 2012

Hujan Sore Ini, Pelangi Malam Nanti




Hujan sore ini...

Hujan lebat bagai air tercurah dari ember membuatku harus berstrategi mendapatkan angkot pulang. Cemas menunggu lama akhirnya sirna melihat bus yang tertatih mendekat. Aku turun di tempat biasa tapi menyebrang ke arah berlawanan agar mudah mendapatkan angkot berikutnya, which is yang sangat sulit didapati di tengah hujan deras begini. Alhamdulillah... strategi berhasil. Memang jadi lebih lama karena aku harus ikut angkot ini muter dulu ke pasar raya Padang. Namun aku bersyukur karena ternyata angkot-angkot berpencar mencari jalan bebas banjir, tak peduli dengan jalur resminya lagi. Gak kebayang klo aku menunggu angkot di tempat biasa sementara angkotnya entah lewat mana, mo nunggu sampe malam?


Tangan, kaki, setengah badan, tas dan orang-orang di sekitarku basah. Kali ini aku tak membaca buku di angkot seperti biasanya. Aku tak mau ambil resiko. Kesian bukunya :p 


Apakah perjalanan panjang ini akan sangat membosankan? Nggak! Sejak kecil aku suka sekali memperhatikan aktivitas orang-orang di tengah hujan deras, begitu unik bagiku. Semua punya tujuan yang sama yaitu berteduh dan pulang, tapi mereka punya cara yang berbeda-beda.


Ada yang menutupi kepala dengan kantong plastik. Ada seorang gadis menggunakan triplek sebagai payung sambil berdiri dengan kaki bersilang. Ada yang masih berpakaian wisuda lengkap dengan toga sedang berdiri  berdesakan di halte. Beberapa orang memakai jas hujan warna warni yang kalau disusun macam power rangers. Ada juga yang ngotot berhentiin angkot dengan berdiri di tengah jalan. :D


Kali ini aku terpesona. Kenapa banyak yang tersenyum?


Kenek bus membimbing tangan nenek-nenek, membantu ibu-ibu mengangkat barang dan menggendong anak-anak untuk membantu mereka menaiki bus. Mereka tersenyum. Orang-orang saling membantu dan memberi tempat untuk berteduh, mereka pun saling tersenyum. Seorang bapak berjalan menyeret motornya yang mogok sambil tertawa riang bersama istrinya. Seorang pemuda tanpa jas hujan dan payung sedang menyebrang dan entah kenapa sambil tersenyum. Wajah-wajah kulihat tersenyum. Kenapa?


Aku terpesona tak mengerti. Mungkin udara yang segar karna debu dibasuh hujan. Mungkin karna mobil.. motor.. beringsut pelan, berhati-hati. Mungkin karna orang-orang berjalan pelan, berhati-hati. Mungkin karena banjir membuat orang-orang ingin bermain air. Tak kudengar sahutan kasar atau sekedar kata-kata marah di sepanjang jalan. Semua terlihat menikmati hujan. Mungkin karna ini hujan deras, bukan Tsunami. Entahlah..


Lamunanku terganggu. Ada yang tengah menatapku. Batita itu tersenyum takut-takut padaku. Lagi.. aku terpesona. Aku membalas senyumnya. Pelan-pelan dia menggerakkan tangan mungilnya menyentuh tanganku. Lalu berteriak senang dan tertawa. Lagi-lagi aku terpesona...


Sepertinya aku akan mimpi indah malam ini. Hujan sore ini.... kalau nanti tak malam, ku yakin akan ada pelangi.  









Aug 29, 2012

Date A Girl Who Reads ( re-post )

( Originally posted by Rosemarie Urquico )





"You should date a girl who reads.


Date a girl who reads. Date a girl who spends her money on books instead of clothes, who has problems with closet space because she has too many books. Date a girl who has a list of books she wants to read, who has had a library card since she was twelve.

Find a girl who reads. You'll know that she does because she will always have an unread book in her bag. She's the one lovingly looking over the shelves in the bookstore, the one who quietly cries out when she has found the book she wants. You see that weird chick sniffing the pages of an old book in a secondhand book shop? That's the reader. They can never resist smelling the pages, especially when they are yellow and worn.

She's the girl reading while waiting in that coffee shop down the street. If you take a peek at her mug, the non-dairy creamer is floating on top because she's kind of engrossed already. Lost in a world of the author's making. Sit down. She might give you a glare, as most girls who read do not like to be interrupted. Ask her if she likes the book.

Buy her another cup of coffee.

Let her know what you really think of Murakami. See if she got through the first chapter of fellowship. Understand that if she says she understood James Joyce's Ulysses she's just saying that to sound intelligent. Ask her if she loves Alice or if she would like to be Alice.

It's easy to date a girl who reads. Give her books for her birthday, for Christmas, for anniversaries. Give her the gift of words, in poetry and in song. Give her Neruda, Pound, Sexton, Cummings. Let her know that you understand that words are love. Understand that she knows the difference between books and reality but by god, she's going to try to make her life a little like her favorite book. It will never be your fault if she does.

She has to give it a shot somehow.

Lie to her. If she understands syntax, she will understand your need to lie. Behind words are other things: motivation, value, nuance, dialogue. It will not be the end of the world.

Fail her. Because a girl who reads knows that failure always leads up to the climax. Because girls who read understand that all things must come to end, but that you can always write a sequel. That you can begin again and again and still be the hero. That life is meant to have a villain or two.

Why be frightened of everything that you are not? Girls who read understand that people, like characters, develop. Except in the twilight series.

If you find a girl who reads, keep her close. When you find her up at 2 AM clutching a book to her chest and weeping, make her a cup of tea and hold her. You may lose her for a couple of hours but she will always come back to you. She'll talk as if the characters in the book are real, because for a while, they always are.

You will propose on a hot balloon. Or during a rock concert. Or very casually next time she's sick. Over Skype.

You will smile so hard you will wonder why your heart hasn't burst and bled out all over your chest yet. You will write the story of your lives, have kids with strange names and even stranger tastes. She will introduce your children to the Cat in the Hat and Aslan, maybe in the same day. You will walk the winters of your old age together and she will recite Keats under her breath while you shake the snow off your boots.

Date a girl who reads because you deserve it. You deserve a girl who can give you the most colorful life imaginable. If you can only give her monotony, and stale hours and half-baked proposals, then you're better off alone. If you want the world and the worlds beyond it, date a girl who reads.

Or better yet, date a girl who writes."



Feb 14, 2012

Brain Reader Club

River Flows in You-nya Yiruma mengalun syahdu. Ketenangan yang ditimbulkan secara magis kembali menggetarkan hatiku dan menggerakkan huruf-huruf yang ada di kepalaku. Aku tak mengerti, ada apa dengan lagu ini? Kenapa lagu ini selalu menghanyutkanku? Haahhh... entahlah, aku tak mau memikirkannya. Sayang sekali rasanya membiarkan lagu ini berlalu. Aku lebih suka menikmatinya saja.

Arlojiku menunjukkan pukul setengah 4 sore. "Masih stengah jam lagi." Aku melihat sekeliling cafe. Alunan piano Yiruma terus menyihirku, perasaan-perasaan puitis mulai mempengaruhi pandangan mataku. Suasana cafe terasa seperti di dalam negeri dongeng bagiku. Apakah ini fatamorgana yang dihasilkan dari kombinasi capek, ngantuk dan rasa malas untuk menunggu lagi? Aku menggerakkan pena di atas notes kecilku, mengikuti aliran yang entah akan membawaku kemana.

Menurutku cafe ini cukup mendukung kegiatan menulis. Walau tak terlalu besar, ketenangannya mampu membuat pengunjung betah menikmati kopi, coklat dan cheesecake berlama-lama, hingga lupa dengan cuaca panas diluar. Aku melihat seorang gadis berjilbab duduk di sofa di salah satu sudut ruangan, sibuk dengan laptop dan buku-buku tebal. Mungkin menyiapkan thesisnya. Aku melihatnya seperti Hermione Granger yang lagi melahap buku-buku sihir. (Sejak kapan Hermione pake jilbab? @_@) Tiga pemuda duduk di meja layan, ngobrol dengan barista cafe, tak terlalu berisik walau penuh canda. Di mataku mereka seperti putra-putra cartwright di serial Bonanza, sayang mereka tidak memakai topi koboi hehe... (yeaahh right!) Dan aku duduk dekat jendela di sofa yang berlawanan arah dengan gadis berjilbab tadi, meneruskan lamunanku. Sesekali melihat jendela, berharap ada yang datang, bagai Rapunzel yang sedang menunggu pangeran untuk menyelamatkannya dari penantian ini. (please deh! @_@)

Tentu saja aku ke cafe ini bukan untuk berkhayal (somebody, help me! :p). Ada yang kutunggu, teman-teman clubku. Aku memang datang setengah jam lebih awal dari jadwal kopi darat kami minggu ini. Tadi siang setelah on air di radio untuk acara 'Membaca Radio' (salah satu kegiatan rutin reader club kami), aku singgah ke kantor untuk Dzuhur dan berleha sejenak. Setelah makan siang dan menyempatkan diri ke Gramedia sebentar, aku melangkah ke cafe ini menunggu mereka untuk diskusi buku berikutnya. Aku sengaja tak langsung pulang setelah on air karena menurutku nanggung, capek.. hanya menghabiskan waktu di jalan.

Sekarang aku disini, merenungkan Brain Reader Club ini. Club yang tak kusangka memberiku pengalaman-pengalaman yang menyenangkan. Dimulai dari sekedar kopi darat mendiskusikan buku, kemudian berlanjut dengan on air di radio. Sekedar catatan, aku belum pernah on air di radio sebelumnya, tak pernah memikirkannya karena suaraku terlalu cempreng untuk itu. Entah bagaimana jadinya suaraku di ujung sana. Terbayang para pendengar menutup kuping mereka ketika mendengarku hehehe... Sebentar lagi kami juga harus menulis program Bincang Buku kami di salah satu koran lokal di Padang. Senyumku menyungging, radio.. koran.. akankah selanjutnya televisi? Boleh tuh! Nice Club isn't it?

Pikiranku melayang mundur sebulan. Bermula dari ide seorang teman yang ingin sekali mengumpulkan orang-orang yang hobi membaca. Aku jadi penasaran, kayak apa jadinya tu ya? Tapi firasat mengatakan ini bakalan seru. Yap! seru n so exciting ternyata. Bahkan lebih dari yang kuduga sebelumnya. :)


I think I fall in love with this club. Orang-orangnya menyenangkan, selain memiliki hobby yang sama kami juga saling support dalam penulisan. Next kami punya banyak rencana untuk club ini. Semoga Allah selalu memberkahi kami dengan hal-hal positif dan kemampuan menularkan hal positif tersebut untuk semua orang. Bagi yang ingin mengenal Brain Reader Club silakan kunjungi web kami http://brainreaderclub.com/ 
Memang isinya masih kurang disana-sini, maklum baru dibuat 2 hari yang lalu. Tapi kami berharap ini mampu membakar semangat semua orang untuk membaca. :)
Ayo Budayakan membaca!! ^^




Jan 5, 2012

Bukan Sekedar Angka

Ini adalah postingan pertamaku di tahun 2012, bertepatan dengan hari istimewaku. Hari disaat aku menangis untuk pertama kalinya karena ditakdirkan keluar dari zona nyamanku. Mungkin saat itu aku tahu kalau dunia ini penuh dengan jebakan2 berbahaya dan kemunafikan. Namun lengkingan protesku justru disambut Alhamdulillah oleh seluruh keluarga. So, sejak awal ternyata kita sudah ditakdirkan untuk membahagiakan keluarga, especially ortu kita. :)

Mengenang hari lahir jadi ingat cerita ibuku di detik-detik kelahiranku. Beliau sungguh menderita saat mengandungku, apalagi saat ngidam. Tak satu pun makanan bisa save dengan aman di lambung beliau. Akibatnya beliau tidak bisa duduk tanpa sanderan saking lemahnya. Za jahat ya? :'(  
Anehnya kelahiranku justru terasa mudah bagi ibu, padahal aku anak pertama. Setahuku kelahiran anak pertama sangat sulit dan menyakitkan. Pernah dengar Baby Blues Syndrome kan? Namun ibu sebelum melahirkanku malah makan sebanyak-banyaknya (entah bagaimana tiba2 nafsu makan ibu membuncah dan makanan-makanan itu tidak memberontak ingin keluar seperti biasanya) lalu ibu tertidur nyenyak, bahkan sampe ngorok berjam-jam. 

Bidan yang membantu kelahiranku sampai panik melihat ibu yang tak bangun-bangun. Sepertinya kami (ibu dan aku) enggan berpisah badan :) Perlu aku tambahkan disini, sebenarnya aku lahir setelah kandungan ibu hampir 11 bulan hehehe.. benar-benar betah aku disana ya? :D
Lalu Sang Bidan berusaha membangunkan ibuku,
"Mau melahirkan ga?" Pertanyaannya keras mirip hardikan (Ibuku dan Sang Bidan sudah kenal dekat lho).
"Eh? oh.. ha?!" Ibu benar-benar ga mudeng. Bu bidannya jd kesal, lalu ibuku disuntik entah dengan apa dan setelah itu ibu langsung berteriak kesakitan, merasa sangat mules. 

Tak butuh waktu lama ternyata untuk mengeluarkanku dari tempat yang sangat nyaman itu, hanya 1 jam. Dan saat Azan Dzuhur, tepat di kalimat terakhir,
"La ilaha illallaaaaahhh...."
Aku keluar dari rahim ibu. Anehnya adikku juga keluar dikalimat yang sama, hanya saja dia lahir saat azan Subuh. Ibu bangga sekali dan merasa beruntung karena kedua anaknya keluar diiringi azan tepat disaat kalimat terindah itu terucap keseluruh penjuru. Alhamdulillah... terima kasih atas nikmat Mu ini ya Allah :)

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluknya (Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak Mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman 55:1-13)
  
And i'm officially 31 years old now and so happy with the number.. truly.. :D Allah telah memberiku banyak nikmat dan kebahagiaan, 31 tahun bukanlah waktu yang sebentar bukan? Jomblo dan belum mendapatkan impian tidak boleh dijadikan alasan untuk mengutuk segala yang telah diadakan Allah, justru seharusnya aku merasa bersyukur akan semua itu. Masih banyak yang bernasib lebih buruk dari kita, iya kan? :)

Fightoooo!!  ^^